Sabtu, 23 Oktober 2010

Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Malaria Falciparum

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Malaria adalah penyakit infeksi akut maupun kronis yang disebabkan oleh plasmodium dan ditularkan melalui gigitan nyamuk malaria dengan demam yang rekuren, anemia dan hepatospneomegali.
Diperkirakan 15 sampai 20 juta orang menderita penyakit hemolisis infeksi ini, jadi malaria adalah salah satu dari penderitaan manusia yang paling luas. Malaria merupakan andemik di Asia dan Afrika, tetapi seiring dengan perjalanan waktu banyak kasus malaria yang dilaporkan dari seluruh dunia. Malaria disebabkan oleh : Plasmodium Vivax ( malaria tertiana ), Plasmodium Palsifarum ( malaria tropika ), Plasmodium Malariae ( malaria quartana ), dan Plasmodium Ovale ( malaria ovale). Penyakit ini ditularkan oleh nyamuk anopheles betina dan manusia merupakan tempat reservoir satu-satunya.
Banyak cara penanganan tradisional gagal mengatasi beratnya infeksi parasistik. Pada pertengahan abad ini, terdapat optimisme yang menyebar luas bahwa penyebab penyakit ini dapat dibasmi dengan penyemprotan DDT di rumah dan dengan mengobati individu dengan klorokuin. Namun, perkembangan resistensi insektisida menyeluruh pada nyamuk dan resistensi terhadap klorokuin pada plasmodium palsifarum menyebabkan timbulnya kembali malaria dalam dua decade terakhir. Sebagai contoh, di Sri Lanka jumlah kasus malaria tahunan yang dilaporkan pada tahun 1960an naik dari 18 sampai lebih dari setengah juta. Terlebih lagi adanya usaha modernisasi di banyak negara berkembang menyebabkan meningkatnya penyebaran infeksi parasit tertentu secara paradoks.
Setiap tahun ratusan juta orang menderita malaria. Di Indonesia sampai saat ini malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Angka kesakitan penyakit ini masih cukup tinggi terutama di daerah luar Jawa dan Bali.
Berikut ini adalah data statistic yang menjelaskan tentang jumlah penderita malaria di Rumah Sakit Santo Antonius pada bulan Januari 2006 sampai Maret 2006.

Bulan Jlh penderita malaria berdasarkan umur
Jumlah penderita malaria
0-28 hr 28-< 1 thn 1-4 thn 5-14 thn 15-24 thn 25-44 thn 45-46 thn 65> thn LK PR KEL Meninggal
Jan _ _ 1 2 3 6 1 1 11 3 14 _
Feb _ 1 _ 1 3 7 2 1 10 5 15 _
Mar _ _ _ _ 3 7 3 _ 11 2 13 _
Pasien rawat jalan
Jan _ _ _ _ _ 1 _ _ 1 _ _ _

Dengan angka kejadian tersebut tenaga kesehatan umumnya dan tenaga keperawatan khususnya perlu untuk mengadakan penanggulangan secara intensif terhadap kasus malaria. Dengan pertimbangan di atas peran tenaga kepaerawatan dirasakan sangat penting karena merupakan tenaga kesehatan yang lebih sering kontak dengan keluarga dan pasien.
Berdasarkan hal tersebut penulis berminat menyusun makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan pada Nn. N dengan Gangguan Sistem Hematologi: Malaria Tropika di Unit St. Fransiskus Rumah Sakit Santo Antonius Pontianak.

B. Ruang Lingkup
Di dalam penulisan laporan kasus ini cakupannya sangat luas, maka pembahasan ini dibatasi pada masalah-masalah pada satu pasien dengan malaria tropika yang dirawat di unit St. Fransiskus Rumah Sakit Santo Antonius Pontianak yang dimulai dari tanggal 24-26 Juli 2006. Asuhan keperawatan pada pasien diberikan melalui penerapan proses keperawatan.

C. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum :
Meningkatkan pengetahuan tentang penyakit malaria dan Asuhan Keperawatan yang diberikan kepada pasien malaria
Tujuan Khusus :
1. Meningkatkan pengetahuan tentang konsep dasar medis Malaria
2. Meningkatkan pengetahuan tentang konsep dasar keperawatan pada pasien dengan malaria
3. Memberikan gambaran tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan malaria
4. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan malaria
5. Menerapkan pengetahuan dan keterampilan perawat dalam membina hubungan terapeutik pada pasien, keluara pasien maupun tim kesehatan lain

D. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode deskriptif, yaitu: dengan cara mengumpulkan data, mengolah data dan menarik kesimpulan dari kasus yang diamati dengan pendekatan melalui :
1. Studi kepustakaan, mencari dan mempelajari literature-literatur yang berhubungan dengan kasus untuk mendapatkan data-data dasar yang mendukung.
2. Wawancara dengan pasien dan keluarganya
3. Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara : inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi
4. Pengamatan dan perawatan langsung pada pasien di unit St. Fransiskus Rumah Sakit Santo Antonius

E. Sistematika Penulisan
Laporan makalah ini disusun secara sistematis, terdiri dari 5 bab :
BAB I : Pendahuluan, terdiri dari :
A. Latar Belakang
B. Ruang Lingkup
C. Tujuan Penulisan
D. Metode Penulisan
E. Sistematika Penulisan
BAB II : Landasan Teoritis, terdiri dari :
A. Konsep Dasar Medis
1. Definisi
2. Anatomi Fisiologi
3. Etiologi
4. Patofisiologi
5. Tanda dan Gejala
6. Pemeriksaan Diagnostik
7. Penatalaksanaan Medis
8. Komplikasi
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
3. Rencana Keperawatan
4. Implementasi
5. Evaluasi
BAB III : Pengamatan Kasus
BAB IV : Pembahasan
BAB V : Penutup, terdiri dari : Kesimpulan dan Saran





BAB II
LANDASAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Medik
1. Definisi
Kata malaria berasal dari bahasa Italia, yaitu “mal” yang artinya “busuk” dan “aria” artinya “udara”, sehingga malaria berarti udara busuk (bad air). Hal ini disebabkan karena malaria terjadi secara musiman di daerah yang kotor dan banyak tumpukan air.
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa dari genus plasmodium (Sjaifoellah,H.M,1998:505)
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh sporozoa dari genus plasmodium dengan gejala-gejala proksimal dan periodic anemia serta splenomegali dan kadang-kadang komplikasi permisiosa, seperti ikterus, diare, black water fever, acute tubular nekrosis (ANT) dan malaria serebral (Rampengan,TH, Penyakit Infeksi Tropik pada Anak)
Malaria ialah penyakit yang bersifat akut maupun kronis, yang disebabkan oleh protozoa genus plasmodium dan ditandai dengan panas, anemia dan splenomegali. (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak UI, 1985:655)
2. Anatomi Fisiologi
Darah adalah cairan di dalam pembuluh darah yang mempunyai fungsi sangat penting dalam tubuh yaitu transportasi. Darah mempunyai dua komponen yaitu komponen padat dan komponen cair. Fungsi transportasi darah adalah membawa dan mengantarkan nutrisi dan oksigen dari usus dan paru-paru kepada sel diseluruh tubuh dan mengangkut sisa-sisa metabolisme ke ogan-organ pembuangan. Darah juga membawa dan menghantar hormon-hormon dari kelenjar endokrin ke organ sasarannya. Ia mengangkut enzim, zat buffer, elektrolit, dan berbagai zat kimia untuk didistribusikan ke seluruh tubuh.
Peran penting dilakukan juga oleh sel darah, yaitu pengaturan suhu tubuh karena dengan cara konduksi ia membawa panas tubuh dari pusat-pusat produksi panas untuk didistribusikan ke seluruh tubuh dan ke permukaan tubuh yang pada akhirnya diatur pelepasannya dalam upaya homeostatis suhu (termoregulasi). Jumlah darah manusia bervariasi tergantung berat badan seseorang. Rata-rata jumlah darah adalah 70cc/kgBB. Bagian padat darah terdiri dari eritrosit, leukosit dan trombosit. Bagian padat darah merupakan 45% dari seluruh volume darah, 55% adalah plasma yang merupakan komponen cair darah.

a. Sel darah merah atau eritrosit
Bentuknya bulat pipih dengan cekungan di tengahnya. Sel darah merah normal tidak mempunyai inti sel, diameternya 7 mikron yang bersifat kenyal sehingga bisa berubah bentuk menyesuaikan pembuluh darah yabg dilaluinya.
Sel darah merah dibuat di dalam sumsum tulang. Rata-rata umur hidup sel darah merah sekitar 105-120 hari. Kemudian sel menjadi usang dan dihancurkan dalam system retikuloendoteal. Terutama di limfa dan hati. Globin dan globulin diubah menjadi asam amino untuk digunakan sebagai protein dalam jaringan dan zat besi dalam hem dari hemoglobin diubah menjadi glirubin dan bili verdin yang berwarna kehijau-hijauan. Jumlah hemoglobin pada laki-laki 14-16% dan pada wanita 12-14%.
b. Sel darah putih atau leukosit
Fungsi utama sel darah putih adalah sebagai pertahanan tubuh dengan cara menghancurkan antigen (kuman, virus, toksin) yang masuk. Ada 5 jenis leukosit :
 Neutrofil (65%-75%)
 Eosinofil (2%-5%)
 Basofil (0,5%-1%)
 Limfosit (20%-25%)
 Monosit (3%-8%)
Leukosit berwarna kuning dan bentuknya lebih besar dari sel darah merah, tetapi jumlahnya lebih kecil.
Leukosit sebagai bala tentara pertahanan dikerahkan ke tempat-tempat terjadi infeksi dan jumlahnya pu dapat dilipatgandakan dalam keadaan infeksi. Leukosit bersama-sama dengan system makrofag jaringan yaitu hepar,limfa, sumsum tulang, alveoli paru serta kelenjar getah melakukan fagositosis terhadap kuman atau virus yang masuk. Jumlah leukosit adalah 5000-9000/mm3 darah. Bila jumlah leukosit berkurang disebut leukopenia. Sedangkan bila tubuh tidak membuat leukosit sama sekali disebut Agranulositosis.
c. Trombosit atau keping-keping darah
Trombosit berbentuk keeping-keping yang merupakan bagian-bagian kecil dari sel yang besar yang membuatnya yaitu megakaryosit. Trombosit dibuat di sumsum tulang, paru-paru dan limfa. Ukurannya kecil sekitar 2-4 mikron. Umur peredarannya hanya berkisar 10 hari.
Trombosit mempunyai kemampuan untuk melakukan :
 Daya aglutinasi (membeku atau menggumpal)
 Daya adesi (saling melekat)
 Daya agregasi (berkelompok)
Jumlah trombosit di dalam tubuh antara 150.000-350.000 keping/mm3 darah.
Fungsi trombosit yaitu :
 Hemostasis (penghentian aliran darah/ perdarahan)
 Pembekuan darah
Bila ada kerusakan pembuluh darah, trombosit akan berkumpul di daerah tersebut dan menutup lubang bocoran dengan cara saling melekat, berkelompok dan menggumpalyang kemudian dilanjutkan dengan proses pembekuan darah.
Trombosit mempunyai dua zat, prostaglandin dan tromboxan yang akan keluar bila ada kerusakan pembuluh darah. Zat ini juga dapat menimbulkan efek vasokontriksi sehingga aliran darah berkuang dan membantu proses pembekuan darah.
d. Plasma
Plasma terdiri dari 91-92% air yang berperan sebagai medium transfor dan 7-9% terdiri dari zat padat (protein seperti albumin, globulin, fibrinogen, juga ada unsure natrium, kalium, kalsium, fosfor, bese, asam amino, kolesterol, glukosa, dan enzim). Albumin yang dibentuk di hati merupakan 53% dari seluruh protein serum, berperan dalam mempertahankan volume darah dengan menjaga tekanan osmotic koloid,pH dan keseimbangan elektrolit.
3. Etiologi
Genus Plasmodium dan terdapat 4 spesies yang dapat menyerang manusia, yaitu :
a. Plasmodium vivax, penyebab malaria tertiana
b. Plasmodium falciparum, penyebab malaria tropika
c. Plasmodium malariae, penyebab malaria malariae
d. Plasmodium ovale, penyebab malaria ovale
Penularan malaria dapat terjadi melalui :
 Secara alamiah (natural infection), yaitu melalui gigitan anopheles
 Penularan tidak alamiah
 Malaria bawaan (conginetal) terjadi karena ibunya menderita malaria
 Secara mekanik, terjadi melalui transfuse darah atau jarum suntik


4. Patofisiologi
Parasit malaria memberikan contoh yang baik bagi penjamu mengenai pangenalan, perlekatan dan invasi oleh stadium parasit yang terinfeksi. Sporozit malaria dimasukkan ke dalam aliran darah dari kelenjar ludah nyamuk yang kemudian menginvasi hepar. Di dalam hepar setiap parasit membagi diri secara aseksual untuk menghasilkan banyak merozoit. Merozoit yang banyak ini kemudian keluar dari hepatosit masuk ke aliran darah dan menginvasi eritrosit. Parasit kemudian membagi diri dalam eritrosit untuk menghasilkan banyak merozoit yang merusak sel dan menginvasi eritrosit lain pada siklus yang berulang yang bertanggung jawab untuk penyakit klinis. Beberapa merozoit berkembang menjadi gametosit yang jika terambil oleh nyamuk lain pada waktu nyamuk mengisap darah orang yang terinfeksi menyebabkan perkembangan sporozoit yang inefektif untuk manusia.
Membrane permukaan sporozoit malaria ditutupi oleh protein spesifik stadium yang disebut protein sirkumsporozoit (CSP) yang secara intensif telah diselidiki untuk mencari vaksin malaria. Selain daerah sentral imunogenik, protein sirkumsporozoit yang mengandung region karboksil- terminal (disebut region II) yang memiliki urutan asam amino serupa demam daerah adesi sel yang dikenal dari protein antara trombospondin, uji mutakhir memperlihatkan bahwa protein sporozoit melekat ke hepatosit dan tidak ke sel atau organ lain dan khususnya melekat pada segmen membrane hepatosit bilateral yang terpapar dengan aliran darah. Region II peptide sintetik bukan hanya dapat menghambat perlekatan protein sirkumsporozoit rekombinan ke hepatosit, tetapi juga penetrasi sporozoit hidup ke dalam sel mati yang menunjukkan bahwa motif molekul parasit adesif ini kritis terhadap pangenalan dan invasi sel penjamu kasar.


Infeksi aliran darah dimulai jika merozoit plasmodium menginvasi sel darah merah. Selain melekat pada permukaan eritrosit, merozoit harus berorientasi sendiri sehingga ujung apicalnya (yang mengandung organel kunci untuk invasi) menghadap membrane sel penjamu. Setelah membrane eritrosit dan parasit membentuk hubungan ketat, muncul invaginasi pada membrane eritrosit membentuk vakuola parasitoforus yang menelan merozoit. Spesies malaria yang berbeda memilih tipe eritrosit yang berbeda.
Setelah masuk ke aliran darah, merozoit dengan cepat menginvasi eritrosit. Pelekatan ini diperantarai oleh reseptor permukaan eritrosit yang spesifik. Senyawa glikoforin yaitu famili sialoglikoforin membiak merupakan tempat pada sel darah merah untuk pelekatan merozoit plasmodium falciparum. Selama stadium awal perkembangannya, bentuk cincin yang kecil dari keempat spesies parasit tampak serupa di bawah mikroskop cahaya dengan membesarnya trofozoit, karakteristik spesifik spesies semakin nyata, pigmennya semakin tampak jelas dan parasit tersebut mengambil bentuk irregular atau ameboid. pada akhir siklus 48 jam (72 jam untuk plasmodium malaria). Parasit telah tumbuh untuk menempati sebagian besar eritrosit. Fiksi nucleus (merogoni) yang multiple kemudian berlangsung dan sel darah merah mengalami rupture untuk melepaskan 6-32 buah merozoit anak yang baru masing-masing mampu menginvasi sel darah merah yang baru dan mengulangi siklus di atas. Setelah periode reproduksi aseksual; sejumlah parasit berkembang menjadi bentuk seksual (gametosit) yang secara morfologis berbeda; gametosit ini hidup labih lama dan tidak mempunyai hubungan dengan keadaan sakitnya.





PATOFLOW
P. Falcifarum P. Vivax P. Malariae P. Ovale
Aliran Darah

Terinfeksi Sitosoid dan sitoplasma sel-sel hati- Demam
(Dp. Hipertermi)

Sel hati terinfeksi Gangguan sel-sel hati

Parasit membelah diri Terbentuk merozoit

Sel-sel eritrosit terinfeksi

Kerusakan eritrosit Eritrosit berkurang Anemia- kelemahan
Dalam darah, suplai fisik
O2 berkurang ke otak ( Dp. Intoleransi
 Nyeri kepala aktivitas )
 Pusing

(Dp. Perubahan perfusi jaringan perifer)

Sel-sel saling melekat satu sama lain Puing-puing eritrosit
(melekat pada pembuluh darah) keluar dari sirkulasi

sirkulasi lambat
Terakumulasi pada sel
Sel terfiksasi dalam pembuluh darah retikuloendofelia liapa

Terjadi hambatan dan sumbatan pada Hiperplastis pd folikel
Pembuluh darah ke organ
Spelomegali Nekrotik
Komplikasi - mual sel kufer
 Ggn. Ginjal - muntah hati,
 Udema paru - anoreksia sumsum
 Hiperparasitemia malaria (Dp.Perubahan nutrisi) otak,dll
Serebral - nyeri abdomen
 Diare - nyeri epigastrium
(Dp. Kebutuhan pembelajaran) (Dp.Ggn. rasa nyaman nyeri)





5. Tanda dan Gejala
a. Demam
Demam terdiri dari 3 stadium :
 Stadium Frigoris : menggigil (15 menit sampai 1 jam)
 Stadium Acme : demam tinggi disertai sakit kepala hebat (2-6 jam)
 Stadium Sudoris : berkeringat (2-4 jam)
Setelah demam turun, penderita tampak sehat dan setelah beberapa waktu timbul demam lagi.
Pada Malaria tertiana, demam timbul pada hari I dan III
Pada Malaria quartana, demam timbul pada hari I dan IV
Pada malaria tropika, demam tidak teratur, bisa setiap hari
Pada Malaria ovale, demam tidak khas
b. Nyeri kepala
c. Kelemahan fisik
d. Mual dan muntah
e. Nyeri epigastrium
f. Splenomegali
Limpa membesar karena harus kerja keras menghancurkan sel-sel eritrosit yang rusak.
g. Anemia
Timbulnya anemia disebabkan oleh :
 Penghancuran eritrosit berlebihan
 Eritrosit normal tidak dapat hidup lama (reduced survival time)
 Gangguan pembentukan eritrosit karena defisiensi eritropoesis dalam sumsum tulang (diseritropoesis)
h. Ikterus
Disebabkan hemolisis dan adanya gangguan hepar.



6. Pemeriksaan Diagnostik
 Foto thorax : bila timbul batuk dan sputum berdarah
 Laboratorium : pemeriksaan analisis darah untuk mengetahui adanya parasit dal sel darah ( malaria positif, hemoglobin, leukosit, trombosit)
7. Penatalaksanaan Medik
a. Terapi profilaktik terhadap malaria bagi orang yang berpergian ke daerah endemic
b. Kemoterapi dengan obat anti malaria, seperti :
c. Penberian transfuse apabila terjadi anemia, pada keadaan Hb <80gm/dl. Pencegahan Penyakit malaria dapat dicegah dengan melakukan pemotongan rantai penularan dengan cara : a. Mencegah gigitan vector  Membunuh nyamuk dengan insektisida  Tidur menggunakan kelambu  Menghalangi perkembangbiakan nyamuk b. Kemoprofilaksis Pemberian obat untuk tujuan profilaksis ini masih diteruskan sampai 1 bulan meninggalkan daerah endemis. 8. Komplikasi a. Malaria serebral (malaria komatosa) ditandai dengan gangguan kesadaran sampai koma, delirium, timbul kejang, parese paralise, dan afasia. b. Malaria heparpiretika, yaitu penderita tidak mampu berkeringat sehingga suhu meningkat hingga 42-43 c. Gangguan pada hepar, yaitu timbul ikterik karena kerusakan parenkim hati (nekrosis daerah serebral labulus hati) dan hemalisis eritrosit d. Bilious remittent fever yang berhubungan dengan adanya komplikasi hepar yang ditandai dengan timbulnya muntah-muntah berwarna hijau empedu e. Gangguan pada traktus gastrointestinal sehingga timbul diare hebat,mengandung lender dan darah yang disebabkan oleh adanya perdarahan dan lepasnya mukosa usus f. Timbulnya nekrosis lobuler akut sebagai akibat iskemia ginjal g. “black water fever”, yaitu urine menjadi merah tua atau hitam karena hemoglobinuria akibat hemolisis berlebihan B. Konsep Dasar Keperawatan 1. Pengkajian a. Pola Persepsi Kesehatan- Pemeliharaan Kesehatan  Riwayat penyakit dalam keluarga  Lingkungan tempat tinggal, lingkungan pekerjaan  Jenis pekerjaan  Bagaimana awal mulanya penyakit dan pengobatan yang dilakukan b. Pola Nutrisi Metabolik  Adanya anoreksia, mual dan muntah  Banyaknya minum dalam sehari  Penurunan berat badan  Jenis makanan yang dikonsumsi c. Pola Eliminasi  Frekuensi BAB/ BAK dalam sehari  Apakah ada rasa sakit saat BAB/ BAK d. Pola Aktivitas dan Latihan  Aktivitas rutin pasien setiap hari  Adanya kelemahan fisik  Adanya nyeri saat beraktivitas e. Pola Tidur dan Istirahat  Lama tidur dalam sehari  Adakah pengguanaan alat Bantu tidur  Apakah sering terbangun karena adanya demam f. Pola Persepsi Kognitif  Adanya nyeri epigastrium  Adanya cemas dan gelisah  Adanya demam. Peningkatan suhu g. Pola Persepsi dan Konsep Diri  Bagaimana klien memandang dirinya  Perasaan tidak berdaya dan putus asa h. Pola peran dan Hubungan dengan Sesama  Perhatian keluarga terhadap keadaan klien saat ini  Bantuan keluarga dan orang terdekat terhadap klien  Bagaimana klien dapat beradaptasi terhadap lingkungan i. Pola Reproduksi Seksualitas  Adakah efek terapi terhadap kemampuan seksualitas  Penurunan libido j. Pola Mekanisme Koping dan Stress  Adanya perasaan cemas dan takut  Membicarakan masalah dengan orang terdekat  Adanya perasaan marah/ emosi k. Pola Sistem Kepercayaan  Percaya bahwa Tuhan akan memberikan penyembuhan  Apakah pasien menyerahkan penyakitnya kepada Tuhan? 2. Diagnosa Keperawatan a. Perubahan perfusi jaringan prefer yang berhubungan dengan ketidakadekuatan sel darah merah mengangkut oksigen ke seluruh tubuh sekunder akibat penyakit b. Peningkatan suhu : hipertermi yang berhubungan dengan proses infeksi dari plasmodium. c. Gangguan rasa nyaman : nyeri epigastrium yang berhubungan dengan proses penyakit. d. Gangguan pemenuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan intake yang tidak adekuat. e. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan fisik. f. Resiko tinggi perubahan pola eliminasi diare/konstipasi yang berhubungan dengan proses infeksi. g. Kebutuhan pembelajaran tentang kondisi dan pengobatan yang berhubungan dengan kurangnya informasi 3. Rencana Keperawatan DP 1. Perubahan perfusi jaringan prefer yang berhubungan dengan ketidakadekuatan sel darah merah mengangkut oksigen ke seluruh tubuh sekunder akibat penyakit Tujuan : Perfusi jaringan perifer kembali adekuat setelah dilakukan tindakan keperawatan Kriteria hasil :  TTV stabil dan dalam batas normal  Pasien mampu mempertahankan perfusi jaringan perifer adekuat dengan Hb dalam batas normal  Keluhan pusing dan nyeri kepala berkurang sampai dengan hilang  Skala nyeri 0  Pasien tampak tenang Intervens : 1. Awasi tanda-tanda vital R/ Perubahan TTV seperti hipotensi, bradikardia, serta hipotermi menunjukkan adanya penurunan perfusi 2. Kaji karakteristik nyeri, lokasi dan frekuensi nyeri R/ Menentukan besarnya nyeri sesuai persepsi pasien dan untuk menentukan intervensi selanjutnya 3. Berikan posisi berbaring yang nyaman seperti berbaring datar tanpa bantal R/ Berbaring datar membantu aliran darah merata ke seluruh tubuh hingga aliran darah ke otak adekuat 4. Kurangi rangsangan tertentu dan berikan rasa nyaman, ciptakan lingkungan yang tenang, suara lembut dan sentuhan ringan R/ Memberikan rasa tenang, memperkecil respon fisiologi yang kurang baik 5. Anjurkan dan ajarkan kepada pasien untuk menggunakan teknik relaksasi (tarik napas dalam, pengalihan perhatian) bila nyeri timbul R/ Tarik napas dalam dapat meringankan rasa nyeri dan meningkatkan relaksasi, pengalihan perhatian membantu pasien untuk tidak terobsesi terhadap nyeri 6. Anjurkan kepada pasien untuk menghemat energi dengan cara tidak terlalu banyak bergerak R/ Mengurangi aktivitas metabolisme tubuh yang berlebih, semakin banyak beraktivitas maka akan semakin banyak oksigen yang perlu dipompa oleh darah 7. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik sesuai indikasi R/ Meminimalkan penyakit pasien. DP 2. Peningkatan suhu : hipertermi yang berhubungan dengan proses infeksi dari plasmodium. Tujuan : Peningkatan suhu: hipertermi tidak terjadi setelah dilakukan tindakan keperawatan. Kriteria hasil :  Suhu tubuh pasien dalam batas normal (36-370C)  Turgor kulit lembab  Hasil lab. Darah malaria negative Intervensi : 1. Kaji waktu timbulnya demam R/ Mengidentifikasi pola demam pasien 2. Observasi TTV tiap 3-4 jam R/ penurunan tekanan darah dan nadi dapat menunjukkan hipovolemia, peningkatan pernapasan menunjukkan hypoksia jaringan. 3. Berikan kompres hangat pada kepala dan axilla R/ membantu penurunan panas dengan evavorasi 4. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman bagi pasien R/ lingkungan yang tenang akan memberikan kenyamanan bagi pasien 5. Anjurkan pasien untuk bedrest total dan kurangi aktivitas R/ Istirahat dapat membantu mengurangi metabolisme tubuh sehingga mencegah peningkatan suhu 6. Anjurkan kepada pasien untuk benyak minum air putih (2500-3000 cc/ 24 jam) R/ Peningkatan suhu tubuh dapat mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan adekuat 7. Anjurkan kepada pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat R/ Mengurangi penguapan tubuh 8. Jelaskan penyebab peningkatan suhu tubuh R/ mengurangi ansietas keluarga dan pasien sehingga dapat bekerja sama dengan perawat 9. Kolaborasi dengan dokter dan tim kesehatan lain untuk :  Pemberian antipiretik R/ Membantu menurunkan suhu tubuh sehingga dapat meminimalkan kondisi penyakit DP 3. Gangguan rasa nyaman : nyeri epigastrium yang berhubungan dengan proses penyakit. Tujuan : Nyeri teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan Kriteria hasil :  Pasien akan melaporkan nyeri hilang sampai dengan terkontrol  Pasien tampak rileks dan beristirahat dengan tenang  TTV dalam batas normal Intervensi : 1. Kaji karakteristik nyeri (skala nyeri 0-10, intensitas nyeri, lokasi, frekuensi, waktu nyeri. R/ Untuk mengetahui respon nyeri dan penyebabnya sehingga memudahkan dalam penentuan intervensi keperawatan 2. Tingkatkan tirah baring pada pasien dengan posisi yang nyaman R/ Untuk penghematan energi dan dengan posisi semi fowler menurunkan tekanan intra abdomen 3. Berikan kompres hangat di sekitar abdomen yang terasa nyeri R/ Kompres hangat dapat membantu untuk mengurangi nyeri 4. Dorong pasien untuk menggunakan teknik relaksasi, seperti bimbingan imajinasi, latihan tarik napas dalam, visualisasi R/ Meningkatkan relaksasi sehingga pasien dapat melupakan rasa nyerinya dan dapat meningkatkan koping pasien 5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesic R/ Menurunkan/ mengontrol nyeri dan menurunkan rangsangan system saraf simpatis DP 4. Gangguan pemenuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan intake yang tidak adekuat. Tujuan : Kebutuhan nutrisi pasien dapat terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan Kriteria Hasil :  Pasien dapat menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang dihidangkan  Keluhan mual, muntah dan anoreksia berkurang sampai dengan hilang  IMT dalam batas normal Intervensi : 1. Kaji status nutrisi, turgor kulit, berat badan dan derajat kekurangan berat badan serta integritas mukosa R/ Berguna dalam menentukan derajat/ luasnya masalah dan pilihan intervensi yang tepat 2. Kaji keluhan mual, muntah dan nafsu makan pasien R/ Membantu dalam menentukan intervensi keperawatan yang tepat 3. Monitor intake dan output secara periodic Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan 4. Berikan makanan yang mudah ditelan, seperti bubur, tim dan dihidangkan dalam keadaan hangat R/ Mengurangi beban kerja lambung dan mempertahankan asupan nutrisi adekuat 5. Catat jumlah/ porsi makan yang dihabiskan pasien R/ Untuk mengetahui pemenuhan nutrisi pasien 6. Timbang berat badan tiap minggu R/ Berat badan adalah alat evaluasi praktis dalam melihat kecukupan nutrisi 7. Berikan perawatan oral secara teratur setiap sebelum dan sesudah makan R/ Mengurangi adanya rangsangan mual dan muntah 8. Berikan umpan balik positif saat pasien mau berusaha menghabiskan makanannya R/ Memotivasi dan meningkatkan nafsu makan pasien 9. Anjurkan kepada pasien untuk makan dalam porsi kecil tapi sering, tinggi karbohidrat dan protein R/ Memaksimalkan asupan nutrisi dan menurunkan iritasi gaster. 10. Kolaborasi dengan dokter dan tim kesehatan lain :  Pemberian nutrisi parenteral, terapi antiemetik dan antasida R/ Nutrisi parenteral sangat bermanfaat terutama bila intake peroral sangat kurang dan terapi obat diberikan untuk mengurangi mual dan muntah  Konsultasikan dengan ahli gizi untuk pemberian diit sesuai indikasi R/ Berguna dalam membuat keputusan tentang kebutuhan nutrisi yang tepat sesuai indikasi DP 5. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan fisik. Tujuan : Pasien mampu beraktivitas setelah dilakukan tindakan keperawatan Kriteria hasil :  Pasien dapat mandiri dalam merawat diri, mandi, makan, dan eliminasi Intervensi : 1. Kaji keadaan umum pasien dan keluhan rasa lemah dalam beraktivitas R/ Memudahkan dalam menentukan intervensi selanjutnya 2. Kaji tingkat kemandirian pasien untuk melakukan perawatan dirinya yang berhubungan dengan kelemahan fisik R/ Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien dalam memenuhi kebutuhannya 3. Beri tuntunan penuh dalam merawat diri dan tingkatkan kemandirian pasien sesuai kemampuan fisik R/ Memenuhi kebutuhan personal hygiene pasien dan agar pasien tidak tergantung pada perawat 4. Siapkan bel di dekat pasien R/ Pasien dapat meminta bantuan perawat saat membutuhkannya 5. Letakkan keperluan pasien di dekat tempat tidurnya R/ Untuk memenuhi kebutuhan pasien tanpa bantuan orang lain 6. Berikan penjelasan tentang hal-hal yang dapat membantu dan meningkatkan kekuatan fisik pasien R/ Agar pasien termotivasi untuk kooperatif elama perawatan terutama terhadap tindakan yang dapat meningkatkan kekuatan fisiknya seperti pasien mampu menghabiskan porsi makannya DP 6. Resiko tinggi perubahan pola eliminasi diare/konstipasi yang berhubungan dengan proses infeksi. Tujuan : Tidak terjadi perubahan pola eliminasi Kriteria hasil :  Pasien dapat memenuhi kebutuhan eliminasi sehari-hari Intervensi : 1. Kaji pola defekasi pasien dan gaya hidup sebelum sakit R/ Mengidentifikasi kebiasaan pasien dan sebagai data dasar dalam pemilihan intervensi selanjutnya 2. Kaji penghambat awitan/ tidak ada haluaran, auskultasi bising usus R/ Penurunan atau peningkatan motilitas usus berpengaruh pada frekuensi defekasi 3. Tinjau ulang program diet dan jumlah/ tipe masukan cairan R/ Masukan adekuat dari serat dan makanan kasar memberikan bulk dan cairan adalah factor penting dalam menentukan intervensi 4. Hindari makanan yang membentuk gas R/ Menurunkan distrs gastric dan distensi abdomen 5. Dorong masukan cairan 2000-2500 ml/hr dalam toleransi jantung R/ Membantu dalam memperbaiki konsistensi feses bila konstipasi dan akan membantu mempertahankan status hidrasi pada pasien diare. DP 7. Kebutuhan pembelajaran tentang kondisi dan pengobatan yang berhubungan dengan kurangnya informasi Tujuan : Kebutuhan pembelajaran pasien terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan Kriteria hasil :  Pasien paham dengan proses penyakit dan kebutuhan pengobatan.  Pasien mampu menenukan gejala yang memerlukan tindakan medis.  Pasien menunjukan perilaku untuk memperbaiki kesehatan. Intervensi : 1. Kaji kemampuan klien dalam memahami informasi yang diterima R/ Keadaan emosi dan kesiapan fisik mempengaruhi kesiapan penerimaan informasi 2. Jelaskan gejala yang harus dilaporkan kepada perawat, contoh peningkatan suhu, nyeri kepala, nyeri epigastrium. R/ Dapat menunjukkan pengaktifan ulang penyakit atau efek obat yang memerlukan evaluasi lanjut 3. Berikan informasi tertulis pada klien untuk rujukan, contoh jadwal pemberian obat R/ Informasi tertulis menurunkan hambatan klien untuk mengingat sebagian besar informasi, pengulangan menguatkan informasi 4. Jelaskan tentang proses penyakit, penyebab,tanda dan gejala, pengobatan, dosis obat. R/ Informasi yang tepat dan lengkap mencegah timbulnya komplikasi lebih lanjut 5. Dorong pasien dan keluarga/ orang terdekat untuk mengemukakan masalahnya R/ Mencegah adanya kesalahan persepsi tentang masalah yang dialami oleh pasien BAB III PENGAMATAN KASUS Ringkasan Kasus Nama : Nn. Nuroktavia Ismail Umur : 16 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Diagnosa Medik : Malaria Tropika Tanggal Masuk RS : 23 Juli 2006 Pengamatan kasus dilakukan pada Nn. N, usia 16 tahun, beragama Islam, dirawat di unit Fransiskus dengan diagnosa Malaria Tropika. Pada tanggal 23 Juli 2006,klien dating ke UGD dengan keluhan demam tinggi dan menggigil. Keluhan yang menyertainya pusing, nyeri ulu hati, mual dan mau muntah. Waktu pengkajian tanggal 24 Juli 2006, klien sudah dirawat selama sehari di unit Fransiskus RSSA. Klien mengeluh nyri kepala dan pusing, abdomen terasa sakit terutama daerah ulu hati, skala nyeri 4-6 (sedang), tidak ada nafsu makan, mual dan ingin muntah, observasi TTV : S : 39,20C, N: 89x/mnt, P: 23x/mnt, TD: 110/70mmHg, terpasang infuse RL 20 tts/mnt, pasien tampak meringis, pasien terbaring di tempat tidur, kesadaran compos mentis, pasien tampak lemah, pasien hanya menghabiskan ¼ porsi makanan yang dihidangkan. PENGKAJIAN KEPERAWATAN Nama Mahasiswa yang mengkaji : Fransiska. T NIM: 20040202 Unit : St. Fransiskus Tgl. Pengkajian : 24 Juli 2006 Ruang/ Kamar : 05/3 Waktu Pengkajian : 10 .00 wib Tgl. Masuk RS : 23 Juli 2006 Auto Anamnese : Allo Anamnese : : No RM : 13-09-56 A. IDENTIFIKASI I. KLIEN Nama Initial : Nn. N Tempat / tgl lahir (umur) : 16 tahun Jenis kelamin : laki-laki Perempuan Status perkawinan : Belum Kawin Agama / suku : Islam Warga negara : Indonesia Asing : Bahasa yang digunakan : Indonesia Asing : Daerah Pendidikan : SMU Pekerjaan : Pelajar Alamat rumah : Perum II Gg. Matan 3 No. 73 II. PENANGGUNG JAWAB Nama initial : Tn. I Alamat Rumah : Perum II Gg. Matan 3 No. 73 Hubungan dengan klien : Ayah Kandung B. DATA MEDIK I. Dikirim oleh : UGD Dokter praktek : II. Diagnosa Medik * Saat masuk : * Saat Pengkajian : C. KEADAAN UMUM I. KEADAAN SAKIT : Klien tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis Alasan : Pasien berbaring lemah ditempat tidur, terpasang infus RL 20tts/mnt Lain-lain : - II. TANDA-TANDA VITAL a. Kesadaran * Kualitatif : Compos mentis Somnoleris Coma Apatis Soporocomatous * Kuantitatif: Jumlah : Skala Coma Glassow: * Respon motorik : 6 * Respon bicara : 5 15 * Respon Membuka mata : 4 Kesimpulan : Pasien dalam keadaan sadar penuh * Flapping Tremor/Asterixis Positif Negatif b. Tekanan Darah : 110 / 70 mmHg M.A.P. : 90 mmHg Kesimpulan : Perfusi ginjal memadai c. Suhu : 39,2o C (Oral/Axillar/Rectal) d. Nadi : Frekuensi : 89 x / menit Irama : Teratur Tidak Teratur Kedalaman : Teraba Jelas Tidak teraba e. Pernafasan : Frekuensi : 23 x / menit Irama : Teratur Kusmaull Cheynes-stokes Jenis : Dada Perut III. PENGUKURAN a. Lingkar lengan atas : 22 cm b. Lipat kulit triceps : 3 cm c. Tinggi badan : 160 cm Berat badan : 50 Kg IMT (Index Masa Tubuh) : 19,5 Kg/ M2 Kesimpulan : Tubuh kurang pangan Catatan : IV. GENOGRAM Keterangan : : Pria normal : Wanita normal : Pria Meninggal : Wanita Meninggal : Orang terdekat : Umur klien : Orang yang tinggal serumah : Klien PENGKAJIAN POLA KESEHATAN I. KAJI PERSEPSI KESEHATAN – PEMELIHARAAN KESEHATAN Riwayat penyakit yang pernah dialami: (sakit berat, dirawat, kecelakaan, operasi, gangguan kehamilan/ persalinan, abortus, transfusi, reaksi alergi). Catatan : - Catatan : - a. Data Subyektif 1. Keadaan sebelum sakit : Pasien mengatakan “Saya belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya, biasanya hanya demam biasa kemudian minum obat dan sembuh. Kalau demam biasanya hanya 2 hari.” 2. Keadaan sejak sakit : Pasien mengatakan “Saya merasa lemah, pusing disertai mual dan muntah-muntah sehingga saya tidak bisa makan apa-apa. Setiap masuk makanan pasti saya muntahkan kembali. Di ulu hati saya terasa sakit setiap masuk makanan.” b. Data obyektif 1. Observasi - Kebersihan rambut : Tampak bersih dan tidak berbau - Kulit kepala : Bersih, tidak berketombe - Kebersihan kulit : Kulit tampak lembab, kenyal dan bersih - Higiene rongga mulut : Bersih - Kebersihan genitalia : Bersih - Kebersihan anus : Bersih, tidak ada haemoroid Tanda / Scar Vaksinal : BCG Cacar II. KAJIAN NUTRISI METABOLIK a. Data Subyektif 1. Keadaan sebelum sakit : Pasien mengatakan “ Saya biasanya makan 3x sehari, tetapi kadang sarapan kadang tidak. Saya semua jenis makanan termasuk sayuran. Saya minum air putih apabila saya merasa haus saja.” 2. Keadaan sesudah sakit : Pasien mengatakan “ Semenjak sakit saya tidak nafsu makan, setiap masuk makanan ulu hati saya sakit. Saya merasa mual dan sudah berkali-kali muntah. Sekarang saya hanya makan sedikit.” b. Data obyektif 1. Observasi - Intake dan Output : Pasien menghabiskan 1/4 porsi makanan yang dihidangkan 2. Pemeriksaan fisik - Keadaan rambut : Tampak kusam. - Hidrasi kulit : Lembab tidak dehidrasi - Palpebrae : tidak ada oedema Conjuctiva : tidak anemik - Sclera : tidak ikterik - Hidung : Bersih, septum ditengah - Rongga mulut: Bersih tidak berbau Gusi tidak ada peradangan - Gigi geligi : Lengkap Gigi palsu : Tidak ada - Kemampuan mengunyah keras : Kanan dan kiri mampu mengunyah - Lidah : bersih tidak ada caries Tonsil tidak ada peradangan - Pharing : tidak ada peradangan - Kelenjar getah bening leher : tidak ada benjolan - Kelenjar parotis : Tidak membesar - Kelenjar thyroid: tidak ada pembesaran Abdomen > Inspeksi : Bentuk : Datar
Bayangan vena : tidak ada
Benjolan vena : tidak ada
> Auskultasi Peristaltik : 12 x/ mt
> Palpasi : Tanda nyeri umum :
Massa : tidak terdapat massa
Hidrasi kulit : baik
Nyeri tekanan R.Epigastrica Titik Mc Burney R. Suprapubica R. Illiaca
Hepar : tidak ada pembesaran
Lien : tidak Teraba
> Perkusi : Tympani
Negatif Positif, Lingkar perut /.…/….cm
- Kelenjar limfe inguinal : Ada benjolan
- Kulit : Spider naevi Negatif Positif
Uremic frost Negatif Positif
Edema Negatif Positif,
Lokasi
Icteric Negatif Positif
- Lesi : tidak ada
3. Pemeriksaan diagnostik
- Laboratorium : - Lain –lain :
4. Terapi : Infus RL 20 tts/ mnt




III. KAJIAN POLA ELIMINASI
a. Data Subyektif
1. Keadaan sebelum sakit
Pasien mengatakan “ BAB dan BAK biasa tidak ada masalah BAB 1-2x sehari , BAK tergantung berapa banyak saya minum”.
2. Keadaan sesudah sakit
Pasien mengatakan “ BAB 1x sehari cair selama dirumah sakit dan BAK sedikit”.
b. Data obyektif
1. Observasi : Pasien tidak menggunakan cateter, pasien, bisa bangun ke
WC
b. Pemeriksaan fisik
- Palpasi suprapubica kandung kemih : Penuh Kosong
- Nyeri ketuk ginjal : * Kiri Negatif Positif
* kanan Negatif Positif
- Mulut urethra :.
- Anus : * Peradangan Negatif Positif
* Fisura Negatif Positif
* Hemoroid Negatif Positif
* Prolapsus uteri Negatif Positif
2. Pemeriksaan diagnostik
- Laboratorium : - Lain –lain :
3. Terapi

IV. KAJIAN POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN
a. Data Subyektif
1. Keadaan sebelum sakit
Pasien mengatakan “ Kegiatan sehari-hari saya sekolah. Setiap hari saya masuk sekolah siang hari jam 12.30. Pulang sekolah saya langsung istirahat kalau capek.”


2. Keadaan sesudah sakit
Pasien mengatakan “badan saya lemah, capek, dan selama dirumah sakit saya hanya berbaring ditidur saja”.
b. Data obyektif
1. Observasi
- Aktivitas harian :
* Makan
* Mandi
* Berpakaian
* Kerapian
* Buang air besar
* Buang air kecil
* Mobilisasi di tempat tidur
* Ambulasi
- Postur tubuh : Simetris
- Gaya jalan : lemah
- Anggota gerak yang cacat : tidak ada
- Fiksasi : tidak ada
- Tracheostomie : tidak ada



2. Pemeriksaan fisik
- JVP : 5 – 2 cm H2O
Kesimpulan : Pemompaan ventrikel baik
- Perfusi pembuluh perifer kuku : Kembali dalam 3 detik
- Thorax dan pernafasan
> Inspeksi * Bentuk thorax : Datar Simetris
* Stridor : Negatif Positif
* Dyspnea d’Effort : Negatif Positif
* Cyanosis : Negatif Positif
- Palpasi * Vokal Fremitus : Getaran kiri – kanan sama
- Perkusi : Sonor Redup Pekak
* Batas paru hepar : ICS ke IV sternal kanan
* Kesimpulan : Ekspansi paru baik
- Auskultasi * Suara nafas : Vesicular
* Suara acapan : Jelas intensitas dikiri dan
kanan
* Suara tambahan : Tidak ada suara tambahan
- Jantung
> Inspeksi * Ictus cordis : Tidak tampak
* Klien menggunakan alat pacu jantung Negatif Positif
> Palpasi * Ictus cordis : Teraba di ICS V mid clavikula
* Thrill Negatif Positif
> Perkusi * Batas atas jantung : ICS 2 linea sternalis
sinistra
* Batas kanan jantung : ICS 2 linea sternalis dextra
* Batas kiri jantung : ICS V mid klavikularis
sinistra
> Auskultasi * Bunyi jantung II A : Tunggal
* Bunyi jantung II P : Tunggal
* Bunyi jantung I T : Tunggal
* Bunyi jantung I M : Tunggal
* Bunyi jantung III Irama Gallop Negatif
Positif
* Murmur Negatif
Positif : Tempat : − Grade : −
* HR : 89 x/ mt
* Bruit : Aorta Negatif Positif
A. Renalis Negatif Positif
A. Femoralis Negatif Positif
- Lengan dan tungkai
* Atrofi otot Negatif Positif, tempat :
* Rentang gerak : terbatas karena kelemahan
Mati sendi : tidak ada
Kaku sendi : tidak ada
* Uji kekuatan otot Kiri :
Kanan :
* Refleks fisiologik
* Reflleks patologik : Babinski
Kiri Negatif Positif
Kanan Negatif Positif
* Cubing jari-jari : Negatif Positif
* Varices tungkai : Negatif Positif
- Columna vertebralis
> Inspeksi * Kelainan bentuk : tidak ada kelainan
> Palpasi * Nyeri tekanan Negatif Positif
- N.III– IV–VI : Normal, dapat ,mengerakkan bola mata kesegala
arah
- N.VIII Romberg Test : Negatif Positif
- N. IX : Pasien mampu menelan dengan baik
- Kaku kuduk : tidak ada
3. Pemeriksaan Diagnostik
- Laboratorium : - Lain-lain :
4. Terapi :

V. KAJIAN POLA TIDUR DAN ISTIRAHAT
a. Data Subyektif
1. Keadaan sebelum sakit :
Keluarga klien mengatakan “malam biasa tidur jam 23.00 wib dan bangun siang. Saya tidak pernah tidur siang kecuali hari libur.”
2. Keadaan sesudah sakit
klien mengatakan “selama di RS saya tidak bisa tidur, gelisah.“

b. Data obyektif
1. Observasi
- Ekspresi wajah mengantuk Negatif Positif
- Banyak menguap Negatif Positif
- Palpebrae inferior bewarna gelap Negatif Positif
2. Terapi :



VI. KAJIAN POLA PERSEPSI KOGNITIF
a. Data Subyektif
1. Keadaan sebelum sakit :
Klien mengatakan “saya tidak menggunakan alat Bantu dengar, kacamata,”.
2. Keadaan sesudah sakit
Pasien mengatakan “saya bila bangun dari tempat tidur badan terasa lemah dan capek”.
b. Data obyektif
1. Observasi : Pasien tampak gelisah, pasien tampak memegang daerah kepala dan ulu hati
2. Pemeriksaan fisik
- Penglihatan
* Cornea : Jernih, tidak ulkus cornea
* Visus : 6/6
* Pupil : Isokor 3mm
* Lensa mata : jernih
* Tekanan Intra Okular (TIO) : sama kenyal kanan dan kiri
- Pendengaran
* Pina : simetris kiri kanan
* Canalis : bersih
* Membran tympani : utuh kiri kanan
* Tes Pendengaran : dapat mendengar gesekan jari tangan
- Pengenalan pada gerakan lengan tukai :
- N.I : dapat mencium minyak kayu putih
- N.II : normal, dapat membaca huruf cetak
- N.III sensorik : normal, dapat merasakan gesekan
tissu
- N.VII sensorik : normal
- N.VIII pendengaran : normal dapat mendengar

3. Pemeriksaan Diagnostik
- Laboratorium: - Lain – lain :
4. Terapi :

VII. KAJIAN POLA PERSEPSI DAN KONSEP DIRI
a. Data Subyektif
1. Keadaan sebelum sakit :
Pasien mengatakan “saya merasa cukup puas dengan keadaan sekarang,“
2. Keadaan sesudah sakit
Klien mengatakan “Saya menerima keadaan sakit saya ini, saya berharap mudah – mudahan saya cepat sembuh, saya ingin ke sekolah lagi“
b. Data obyektif
1. Observasi
- Kontak mata : pasien dapat mempertahankan perhatian
- Rentang perhatian : perhatian penuh saat wawancara
- Suara dan cara bicara : jelas saat mengucapkan kata – kata
- Postur tubuh : simetris dan tegap
2. Pemeriksaan fisik
- Kelainan bawaan yang nyata : tidak ada
- Kulit : tidak ada
- Penggunaan protesa Hidung Payudara
Lengan Tungkai

VIII. KAJIAN POLA PERAN DAN HUBUNGAN DENGAN SESAMA
a. Data Subyektif
1. Keadaan sebelum sakit :
Pasien mengatakan “Saya anak bungsu dari 5 bersaudara, saat ini saya tinggal dengan kedua orang tua saya, sedangkan kakak-kakak saya semuanya kuliah di luar Pontianak.”
2. Keadaan sesudah sakit
Pasien mengatakan “Saat saya sakit,ibu dan ayah saya bergantian menjaga saya, teman-teman saya banyak yang datang menjenguk.”
b. Data obyektif
1. Observasi :- Tidak ada gangguan interaksi dengan perawat atau orang lain


IX. KAJIAN POLA REPRODUKSI – SEKSUALITAS
a. Data Subyektif
1. Keadaan sebelum sakit :
Pasien mengatakan “Saya pertama kali menstruasi kelas 2 SMP, menstruasi saya lancer dan teratur, tidak ada keluhan rasa sakit. Hanya bila saya stress bisa tiba-tiba menstruasi lagi.”
2. Keadaan sesudah sakit
Pasien mengatakan “Saat ini saya sedang menstruasi, bulan ini saya sudah 2 kali menstruasi.”
b. Data obyektif
1. Observasi : Vagina tampak bersih
2. Pemeriksaan fisik : tidak ada kelainan
3. Pemeriksaan Diagnostik
- Laboratorium : - Lain – lain :
4. Terapi

X. KAJIAN MEKANISME KOPING DAN TOLERANSI TERHADAP STRESS
a. Data Subyektif
1. Keadaan sebelum sakit :
Pasien mengatakan “jika ada masalah saya selalu membicarakan dengan ibu saya “
2. Keadaan sesudah sakit
Pasien mengatakan “saat saya sakit saya selalu menceritakan apa yang saya rasakan kepada ibu atau ayah saya”
b. Data obyektif
1. Observasi
Pasien tampak tenang.
2. Pemeriksaan fisik
- Tekanan darah * Berbaring : 110 / 70 mmHg
* Duduk : - mmHg
* Berdiri : - mmHg
Kesimpulan : Hipotensi orthostatik Negatif Positif
- HR :89 x/ mt
- Kulit * Keringat dingin : Tidak ada
* Basah : Tidak ada

XI. KAJIAN POLA SISTEM KEPERCAYAAN
a. Data Subyektif
1. Keadaan sebelum sakit :
Pasien mengatakan “Saya beragama Islam, selalu sholat 5 waktu”.
2. Keadaan sesudah sakit
Pasien mengatakan “Saya hanya berdoa di tempat tidur”
b. Data obyektif
1. Observasi : klien tampak berdoa sebelum makan



Tanda Tangan mahasiswa yang mengkaji,


( Fransiska. T)






















ANALISA DATA
Nama : Nn N Ruang : Fransiskus
Umur / Jenis kelamin : 16 Thn / Perempuan No tempat tidur : 5/3
Diagnosa keperawatan : Malaria Dokter : dr.Marboen
No Data Etiologi Masalah
1.












2.












3.










4.




5. DS : pasien mengatakan :
“ Badan saya panas, kepala saya pusing dan saya merasa lemah sekali”
DO :
 Badan pasien terasa panas
 Observasi TTV : S : 39,2C, N: 89 X/menit, P : 23 X/ menit, TD: 110 / 70mmHg.
 Pem.lab hematology Malaria + P. Falciparum.
 Turgor kulit kering.
 Terpasang infuse RL 20tts/menit.
 Pasien tampak gelisah.
DS: pasien mengatakan :
“ perut saya sakit, mual dan terasa ingin muntah. Diulu hati saya juga sakit sekali.”
DO:
 Pasien tampak meringis
 Observasi TTV: S: 39,2C, N: 89 X/menit, TD: 110/70 mmHg.
 Pem.Lab hematology malaria + P. Falciparum.
 Skala nyeri sedang (4-6)
DS: Pasian mengatakan
“ saya tidak ada nafsu makan, saya hanya menghabiskan 1/4 porsi makanan, saya merasa mual dan mau muntah. Saya banyak minum air putih.”
DO :
 Pasien makan 1/4porsi
 Terpasang infuse RL 20 tts/menit.
 Pasien tampak lemah.
 Turgor kulit kering.
DS: pasian mengatakan :
“ saya merasa lemah dan tidak bisa beraktivitas seperti biasa.”
DO:
 Pasian tampak lemah dan gelisah.
DS: pasian mengatakan :
“saya kurang mengerti tentang kondisi saya sekarang, saya belum pernah sakit seperti ini.
DO:
 Pasien tampak bertanya.
 Pasien dan keluarganya meminta informasi.
Proses penyakit












Inflamasi sekunder akibat plasmodium falciparum










Intake yang tidak adekuat.









Kelemahan fisik.




Kurang informasi

Peningkatan suhu tubuh: hipertermi.











Gangguan rasa nyaman : nyeri.











Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh.








Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari (personal hygiene).
Kebutuhan pembelajaran tentang kondisi dan pengobatan.








DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama : Nn N Ruang : Fransiskus
Umur / Jenis kelamin : 16 Thn / Perempuan No tempat tidur : 5/3
Diagnosa keperawatan : Malaria Dokter : dr.Marboen
No Tgl / Waktu Diagnosa keperawatan Nama jelas
1.

2.


3.


4.


5. 24 juli 2006
07.00
24 juli 2006
07.00

24 juli 2006
07.00

24 juli 2006
07.00

24 juli 2006
07.00
Peningkatan suhu tubuh : hipertermi yang berhubungan dengan proses penyakit.
Gangguan rasa nyaman: nyeri yang berhubungan dengan proses inflamasi sekunder akibat plasmodium falciporum.
Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari (personal hygiene) yang berhubungan dengan kelemahan fisik.
Kebutuhan pembelajaran tenang kondisi dan pengobatan yang berhubungan dengan kurang informasi. Fransiska. T

Fransiska. T


Fransiska. T


Fransiska. T


Fransiska. T










PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Nama : Nn N Ruang : Fransiskus
Umur / Jenis kelamin : 16 Thn / Perempuan No tempat tidur : 5/3
Diagnosa keperawatan : Malaria Dokter : dr.Marboen
No Tanggal Waktu Evaluasi (soap) Nama jelas
1



































2. 24 juli 2006



































25 juli 2005
05:00
06:00
07:00



07:55



08:10


09:00
09:10


11:30


11:40



14:00

15:00

16:00

17:00

21:00

22:00

01:00
05:00
06:00

07:15




08:00



08:10

08:25

10:50

11:10

11:30
14:00


15:00

16:00

17:00

21:00

21:50

00:05
04:00
06:00
07:00


08.00

08.15

14.00

16.35
Mengobs TTV : S : 386C N : 108 x/mnt
OS sudah sarapan, bagi obat oral
Mengkaji keadaan umum:pasien tampak sakit sedang, kesehatan compos mentis, terpasang inpus RL 20 tts/mnt
Merapikan tempat tidur
Mengkaji TTV pasien : S : 39,2C N :
89 x/mnt, P : 23 x/mnt, TD : 110/70 mmHg
test obat amoxan
Hasil test negative,tidak terdapat tanda-tanda alergi tahap injeksi, memberikan injeksi Amoxan 1gr (IV).
Memberikan kompres hangat kepada px
Obs suhu : 38C, dianjurkan kepada pasien untuk banyak minum air dan melanjutkan kompres hangat.
Dr marboen visite hasil malaria beliau tahu, dapat th/ + an maltron 2 x 2 hari I selanjutnya 2 x 1 tab
Mengkaji pola makan pasien : P : menghabiskan 1/2 porsi makanan yang dihindangkan. Obat oral sudah diminum, Pasien mengeluh mual.
Mengkaji ulang KU, tampak sakit sedang, kes : CM keluhan badan panas, pusing.
Obs. S : 38,9C, N : 102 x/mnt, infuse RL 20 tts/mnt.
Memberikan injeksi amoxan 1 gr (IV) Via infuse.

Os sudah makan, memberikan th/oral sore ke px

Mengkaji KU tampak sakit sedang, kes: compos mentis Os belum tidur.

Memberikan makan malam, Biothicol 1 tab.

Os. Tenang tidur nyeyak.
Obs suhu : 40C, N : 120 x/mnt

Memberikan th/oral ke pasien. Os makan pagi

Mengkaji KU tampak sakit sedang, Kes. CM, infuse RL 20 tts/mnt, Px sudah mandi, tempat tidur sudah dirapikan dan diganti. Keluhan kepala pusing, badan lemah, demam masih ada, badan Os terasa panas.

Mengobservasi TTV : S : 39,4C, N : 88 x/mnt, TP : 100/60 mmHg. Dianjurkan Px untuk minum air putih, memberikan kompres air hangat pada dahi pasien, anjurkan kurangi aktivitas.

Mmberi injeksi Amoxan 1gr (IV) via infuse

Obs. Ulang suhu : 37,6C menganjurkan kepada pasien banyak minum air putih.

Dr marboen visite : th/ lanjut + an esilgam 1 mg 1 x 1 (malam)

Mengganti infuse RL 20 tts/mnt.


Membagi th/oral siang, Os belum makan
Mengkaji ulang KU tampak sakit sedang, Kes: CM, keluhan istirahat (-), Os sedang tidur, infuse RL 20 tts/mnt.
Obs, S: 37C, N : 84 x/mnt


Memberikan injeksi amoxan 1gr W via infuse

Memberikan Pasien th/oral sore, px belum makan pasien sedang tidur.

Mengkaji Kv pasien tampak sakit sedang, kes. CM, pasien mengeuh susah tidur mlm, pusing. Infuse RL 20 tts/mnt.
Memberikan obat oral : biothicol 4 x 500 gr : esilgan I mg
Injeksi amoxan 1 gr via infuse

Obs S: 365C, N : 84x/mnt
Membagi obat oral pagi.

Mengkaji KU Ps : Ps tampak sakit sedang, kes compos, pasien mengatakan sudah tidak mual lagi,badan sudah tidak panas lagi, pusing berkurang, terpasang infuse RL 20tts/mnt

Memberikan inj. Amoxan 1gr (iv) via infuse

Mengobservasi TTV: S; 37,4oC, N: 72x/mnt, P: 36x/mnt, TD: 110/80mmHg.

Dr. Marboen visit, terapi lanjut.
Mengkaji KU pasien tampak lemah, observasi TTV: S: 37oC, N: 70x/mnt

Memberikan inj. Amoxan 1gr
Pasien sudah makan,membagikan terapi oral
Fransiska. T
Fransiska. T
Fransiska. T



Fransiska. T



Fransiska. T


Fransiska. T
Fransiska. T


Fransiska. T


Desi



Desi

Desi

Desi

Desi









Rini



Fransiska. T



Fransiska. T

Fransiska. T

Fransiska. T

Fransiska. T

Fransiska. T





Desi



Ika







Fransiska.T





Fransiska.T


EVALUASI KEPERAWATAN
Nama : Nn N Ruang : Fransiskus
Umur / Jenis kelamin : 16 Thn / Perempuan No tempat tidur : 5/3
Diagnosa keperawatan : Malaria Dokter : dr.Marboen
No Tanggal Waktu Evaluasi (soap) Nama jelas
1. 24 juli 2006










13:00











13:00











13:00












13:00










13:00
S : - pasien menyatakan “ badan saya panas, kepala saya pusing dan saya merasa lemah sekali
O : - TTV : S : 38,2C, N : 86 x/menit, P : 24 x/menit, TD : 110/70 mmHg
 Badan pasien terasa panas.
 Pasien tampak gelisah.
 Pasien tampak memegang kepala.
A : Masalah peningkatan suhu belum teratasi.
P : Rencana keperawatan 1-7 dilanjutkan

S : Pasien mengeluh ”perut saya terasa sakit terutama di bagian ulu hati.”
O : - Pasien nampak meringis.
- observasi TTV : S : 38,2C, N : 86 x/menit, P : 24 x/menit, TD : 110/70 mmHg.
- Palpasi daerah abdomen pasien tampak meringis kesakitan
A : Masalah gangguan rasa nyaman nyeri sebelum teratasi
P : Rencana keperawatan 1-6 dilanjutkan.

S : Pasien mengeluh “ saya tidak ada nafsu makan, perut saya terasa sakit dan rasa mual jika makan.”
O : - Terpasang infuse RL 20 tts/menit
 Pasien tampak lemah.
 Pasien menghabiskan 1/4 porsi yang disediakan.
 Turgor kulit kering.
A : Masalah perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
D : Rencana keperawatan 1-8 dilanjutkan.

S : Pasien mengatakan “ saya merasa lemah dan tidak mampu untuk beraktivitas.”
O : - Pasien apak gelisah dan lelah
 Personal hygiene pasien tampak dibantu oleh keluarganya.
A : Masalah pemenuhan kebutuhan-kebutuhan sehari-hari (personal hygiene) belm teratasi.
P : Rencana keperawatan 1-6 dilanjutkan

S : Pasien mengatakan “saya masih ingin tahu tentang penyakit saya dan kondisi kesehatan saya”
O : - Pasien tampak masih terus bertanya
- Pasien memerlukan informasi yang jelas tentang penyakitnya.


A : Kebutuhan pembelajaran pasien belum teratasi.
P : Rencana keperawatan 1-4 dilanjutkan Fransiska. T











Fransiska. T











Fransiska. T












Fransiska. T








EVALUASI KEPERAWATAN
Nama : Nn N Ruang : Fransiskus
Umur / Jenis kelamin : 16 Thn / Perempuan No tempat tidur : 5/3
Diagnosa keperawatan : Malaria Dokter : dr.Marboen
No tanggal Waktu Evaluasi ( SOAP ) Nama jelas
2. 25 juli 2006 13:00












13:00












13:00








13:00












13:00


S : Pasien mengeluh “ badan saya masih panas, kepala saya juga pusing.
O :
 observasi TTV : S : 37,6C, N : 88 x/mnt.
 Infuse RL 20 tts/mnt.
 Badan pasien terasa panas.
 Pasien tampak gelisah dan memegang kepala.
A : Masalah peningkatan suhu belum teratasi.
P : Rencana keperawatan 1-7 dilanjutkan.
S : Pasien mengatakan “perut saya masih sakit, teutama dibagia ulu hati.”
O :
 Pasien tapak meringis.
 Observasi TTV : S : 37,6C, N : 88 x/mnt, TD 100/60mmHg.
 Infuse RL 20 tts/mnt
 Pasien tampak gelisah
A : Masalah gangguan rasa nyaman nyeri belum teratasi.
P : Rencana perawatan 1-6 dilanjutkan
S : Pasien mengeluh “ masih mual dan tidak nafsu makan.”
O:
 Pasien belum makan.
 Infuse RL 20 tts/mnt
A : Masalah perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi.
P : Rencana perawatan 1-8 dilanjutkan.
S : Pasien mengatakan “ saya masih merasa lemah, kepala saya juga masih pusing.
O :
 Pasien tampak gelisah.
 Ekspresi wajah mengantuk.
 Pasien dimandikan oleh keluarganya.
A : Masalah pemenuhan kebutuhan sehari-hari (personal hygiene) belum teratasi.
P : Rencana keperawatan 1-6 dilanjutkan.
S : Pasien mengatakan “ saya sekarang sudah mengetahui penyakit saya dan kenapa saya sakit serta pengobatannya, terima kasih atas penjelasannya saya banyak tahu sekarang.”
O :
 Pasien tampak puas dengan jawaban yang diberikan
 Pasien tampak mengerti dengan informasi yang diberikan.

A : Kebutuhan pembelajaran pasien terpenuhi.
P : Rencana keperawatan 1-4 di stop
Fransiska. T












Fransiska.T











Fransiska.T








Fransiska.T













Fransiska.T






































EVALUASI KEPERAWATAN
Nama : Nn N Ruang : Fransiskus
Umur / Jenis kelamin : 16 Thn / Perempuan No tempat tidur : 5/3
Diagnosa keperawatan : Malaria Dokter : dr.Marboen
No Tanggal Waktu Evaluasi ( soap ) Nama jelas
3 26 juli 2006 13:00










13:00









13:00











13:00 S : pasien mengatakan “ badan saya tidak panas lagi, pusing berkurang.”
O :
 Observasi TTV : S : 37,4C, TD : 110/80 mmHg, N : 72 x/mnt, P : 36 x/mnt
 Pasien tampak rileks.
 Pasien masih tampak lemah.
A : Masalah peningkatan suhu teratas
P : Rencana keperawatan 1,2,3,4,5,6,7 di stop. 4 dilanjutkan
S : Pasien mengatakan “ sakit dihuluhati saya sudah mulai berkurang.”
O :
 Skala nyeri 1-3 (ringan)
 Pasien tampak rileks.
A : Masalah gangguan rasa nyaman nyeri mulai terasa.
P : Rencana perawatan 1,2,3,6, di stop, 4 dan 5 dilanjutkan.
S : Pasien mengatakan “ nafsu makan sudah ada, mual sudah tidak ada lagi.
O :
 Pasien tampak menghabiskan 1 porsi makanan
 Infuse RL 20tts/mnt
A : Masalah perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh teratasi
P : Rencana keperawatan di STOP

S : pasien mengatakan “saya sudah bisa jalan sendiri untuk ke WC, sudah tidak lemah lagi.”
O :
 Pasien tampak rileks.
 Pasien mampu mandi dan makan sendiri.
A: Masalah pemenuhan kebutuhan sehari-hari (personal hygienes) teratasi
P : Rencana tindakan di STOP. Fransiska.T










Fransiska.T










Fransiska.T










Fransiska.T























BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

Pada makalah ini, penulis membahas tentang asuhan keperawatan pada Nn. N dengan gangguan system hematology: Malaria Tropika di unit St. Fransiskus Rumah Sakit Santo Antonius Pontianak yang dilaksanakan selama 3 hari dari tanggal 24-26 Juli 2006. asuhan keperawatan dilakukan dengan cara membandingkan asuhan keperawatan secara teoritis dengan kasus yang diamati langsung oleh penulis.
Adapun pembahasan kasus pada Nn. N dengan gangguan system Hematologi: Malaria Tropika adalah sesuai dengan proses keperawatan, yaitu Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Implementasi dan Evaluasi.
A. Pengkajian
Dalam melaksanakan pengkajian untuk memperoleh data penulis melakukan wawancara dengan klien, keluarga klien, observasi dan pemeriksaan fisik langsung, juga didiskusikan dengan perawat ruangan dan dokter yang merawat serta klarifikasi terhadap data yang ada di status/ catatan medik pasien.
Pelaksanaan pengkajian mengacu pada teori, menurut landasan teori, tandadan gejala klien malaria adalah: demam, nyeri kepala, kelemahan fisik, mual, dan muntah, nyeri epigastrik, spenomegali, anemia, dan ikterus.
Pada saat melakukan pengkajian secara langsung, penulis tidak menemukan hambatan yang berarti karma data yang diperoleh langsung dari pasien karena pasien dalam keadaan sadar penuh. Pada pasien ditemukan data-data yaitu : pasien mengeluh pusing, sekalian nyeri 4-6, pasien mengeluh mual, nyeri pada hulu hati, sekalian nyeri 4-6, pasien tidak nafsu makan, dan ada muntah, pasien mengeluh lemah, mencoba makan sedikit tapi langsung mual, klien tampak bertanya dan menceritakan masalahnya, badan pasien panas dan ada demam, observasi TTV : S :39,2C, N : 89 x/mnt, P : 23 x/mnt TD : 110/70mmHg, klien meminta informasi penyakitnya. Dari data di atas tidak ditemukan adanya anemia dan konstipasi. Adapun keluhan yang dirasakan klien adalah pusing, nyeri epigastrium, mual dan muntah, tidak nafsu makan.


B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan tinjauan teoritis masalah yang sering muncul pada klien dengan system hematology : malaria adalah
1. Perubahan perfusi jaringan prefer yang berhubungan dengan ketidakadekuatan sel darah merah mengangkut oksigen ke seluruh tubuh sekunder akibat penyakit
2. Peningkatan suhu : hipertermi yang berhubungan dengan proses infeksi dari plasmodium.
3. Gangguan rasa nyaman : nyeri epigastrium yang berhubungan dengan proses penyakit.
4. Gangguan pemenuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
5. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan fisik.
6. Resiko tinggi perubahan pola eliminasi diare/konstipasi yang berhubungan dengan proses infeksi.
7. Kebutuhan pembelajaran tentang kondisi dan pengobatan yang berhubungan dengan kurangnya informasi.
Sedangkan dalam pengamatan kasus Nn N masalah yang ditemukan yaitu
1. Peningkatan suhu tubuh : hipertermi yang berhubungan dengan proses penyakit.
2. Gangguan rasa nyaman: nyeri yang berhubungan dengan proses inflamasi sekunder akibat plasmodium falciporum.
3. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari (personal hygiene) yang berhubungan dengan kelemahan fisik.
5. Kebutuhan pembelajaran tenang kondisi dan pengobatan yang berhubungan dengan kurang informasi.
Adanya perbadaan dalam menentukan masalah keperawatan secara teori dan pengamatan langsung dikarenakan oleh perbedaan kondisi, situasi dan respon yang unik dari setiap individu dalam menghadapi reaksi penyakit, serta kejelasan dalam mengumpulkan data.
C. Implementasi
Perencanaan disusun berdasarkan prioritas masalah yang ada disesuaikan dengan kondisi klien saat itu. Tujuan ditetapkan dengan mengacu pada masalah yang akan diatasi/ diminimalkan dan menjadi alat ukur tercapainya tujuan dan yang menjadi alat ukur tercapainya tujuan yaitu sasaran /kreteria hasil. Rencana intevisien adalah bagian dari akhir perencanaan perawat dimana peawat memutuskan strategi dan tindakan yang akan dilakukan pada etiologi atau factor pendukung diagnosa keperawatan.
Adapun rencana tindakan dibuat berdasarkan urutan prioritas dan tidak jauh berbeda dengan study pustaka yang meliputi tindakan diagnostic, terapeutik, edukatif, dan kolaborasi. Dalam hal ini intervensi perawatan yang dilakukan penulisan antara lain.
1. Mengawasi tanda-tanda vital, mengkaji karakteristik, lokasi dan frekuensi nyeri.
2. Mengobservasi kebiasaan makan pasien, jumlah yang dimakan,observasi adanya mutah.
3. Membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan harinya.
4. Menimbang berat badan dua kali dalam minggu.
5. Mengkaji kemampuan klien untuk belajar.
6. Memberikan posisi berbaring yang nyaman seperti berbaring datar tanpa bantal, kurangi rangsangan tertentu dan berikan rasa nyaman (ciptakan lingkungan yang tenang, suara lembut dansentuhan ringan).
7. Memberikan makanan yang berpariasi sesuai dengan diit pasien (pasien diit lembut).
8. Memberikan makanan dalam porsi kecil tapi sering.
9. Menciptakan suasana makan yang menyenangkan.
10. Menganjurkan pasien untuk melakukan tehnik relaksasi napas dalam, atau tehnik visualisasi pengalihan perhatian bila nyeri timbul.
11. Menjelaskan kepada pasien kegunaan makanan bagi tubuh.
12. Memberikan informasi yang benar tentang penyakit dan kebutuhan pengobatannya.
13. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi lanjut.

D. Evaluasi
Fase akhir dari proses keperawatan ialah evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang telah diberikan. Evaluasi yang diberikan klien adalah melihat apakah masalah yang dihadapi sudah teratasi atau diminimalkan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan studi yang harus dicapai adalah sebagai berikut.
1. Pasien tidak mengalami peningkatan suhusetelah dilakukan tindakan keperawatan
2. Nyeri teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan
3. Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan
4. Aktivitas pasien terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan
5. Masalah konstipasi teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan
Sedangkan evaluasi yang dilakukan pasien laporan kasus ini adalah :
1. Peningkatan suhu tubuh: hipertermi teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan
2. Nyeri pasien dapat diminimalkan sampai dengan teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan
3. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh teratasi stelah dilakukan tindakan keperawatan
4. Kebutuhan sehari-hari (personal hygiene) terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan
5. Pengetahuan klien bertambah dalam waktu 2x24 jam, dengan 1 kali pertemuan
Dalam penerapan proses keperawatan terhadap pasien memang hendaknya kriteria evaluasi tercapai setelah dilakukan tindakan keperawatan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.





BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Di Indonesia penyakit malaria adalah tergolong penyakit menular yang masih bermasalah, berjangkit disemua pulau didataran rendah maupun tinggi.namun daerah focus malaria yaitu daerah-daerah terpencil ( irian jaya, maluku, dan sebagian kalimantan).
Ada 4 jenis plasmodium penyebab malaria yaitu: Malaria Tetania disebabka leh parasit Plasmodium Vivak sedangkan malaria yang lainnya adalah : Plasmodium Malariae : malaria quartana, plasmodium Ovale : Malaria Ovaledan yang lebih ganas adalah plasmodium falciparum : malaria Topika karena sering merenggut nyawa karena menyerang otak dan ginjal. Untuk itu secara umum penyakit malaria perlu pencegahan dan penanganan secara dini mungkin.
Prinsip penanganan pasien dengan penyakit malaria adalah istirahat dan nutrisi yang adekuat. Setelah melakukan tindakan keperawatan pada pasien selama 3 hari berdasarkan hasil pengkajian maka dapat disimpulkan bahwa pasien menggalami infeksi yang cukup berat dengan dilihat dari tanda nyeri epigastrium, sakit kepala, mual dan anorexia, dalam tiga hari penulis melihat adanya kemajuan kondisi pasien hal ini berkaitan dengan plasmodium yang yang menyerang tergolong jinak dan didukungdari daya tahan tubuh pasien itu sendiri, pasien tidak menunjukan tanda animea HB : 12,5 gm/dl, masalah pasien sakit kepala, pusing berkurang, nabsu makan mulai ada, nyeri epigastrium berkurang, hal ini tampak dari keadaan pasien sendiri, pasien tampak lebih rileks, tidak mengeluh nyeri, pasien tidak bertanya lagi, pasien mengukapkan mengerti dengan penyakitnya dan cara penanganannya serta pencegahan oleh intruksi dokter pasien juga sudah boleh pulang dengan tetap melanjutkan therapy oral yang diberikan serta beristirahat dirumah. Dengan alas an diatas dapat disimpulkan bahwa upaya asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien sudah cukup maksimal.




B. Saran
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan langsung pada pasien malaria, maka untuk lebih berhasilnya asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien dalam kesempatan ini penulis menyarankan :
1. Untuk tercapai pelayanan lebih baik dan komprohensif diharapkan kepada perawat ruang untuk melakukan pendekatan dan selalu berkomunikasi bak dengan pasien maupun keluarga itu sendiri tidak hanya pada saat menjalankan program therapy saja atau mengobservasi.
2. Untuk pasien maupun keluarga atau masyarakat diharapkan dapat menjaga lingkungan tetap bersih dan khusus pasien yang dirawat diharapkan bekerja sama dalam mengikuti pemberian therapy yang diberikan selama perawatan maupun setelah diperbolehkan rawat jalan.
3. Pihak institusi dapat menambah literature yang terbitan5 tahun terakhir.
4. Untuk petugas kesehatan demi terciptanya tingkat kesehatan yang tinggi, penulis menyarankan untuk ikut membantu pemerintah dalam usaha mencegah dan memberantas wabah malaria.
5. Untuk rekan-rekan yang akan meneruskan pendalaman kasus Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem hematology; malaria diharapkan dapat dilengkapi segala kekurangan yang terdapat didalam proses keperawatan yang telah dilaksanakan.













DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall.1998. Diagnosa Keperawatan : Aplikasi pada praktik klinis. Jakarta:EGC
Depkes RI, 1997.200 Kebijakan Pengembangan Tenaga Kesehatan Tahun 2000-2001. Bahan Pendukung. Jakarta.
Doengoes, marillynn,et all. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Ed 3, Jakarta: penerbit Buku Kedokteran EGC.
J, Elisabeh C.(2001). Buku Saku Patologi. Jakarta. Jakarta :EGC.
Laurent, I.R & Rampengan, T.H (1993) : Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Jakarta : EGC.
Nadesul, Handarwan 1993, Penyebab, Pencegahan, Pengobatan Malaria. Jakarta: Puspa Suara.
Nursalam. (2001). Proses dan Dokuentasi Keperawata, Konsep dan Praktik. Ed 1. Jakarta: Salemba Medika.
Pearce, Evelyn C. (2000). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Bala penerbit FKUI.













DAFTAR OBAT

1. Sistenol
Tiap kaplet : Parasetamol 500mg,asetil sisteina 200mg
Indikasi : demam, sakit kepala, kondisi nyeri ringan sampai nyeri sedang lainnya,
mukolitik
2. Famocid
Famotidina 20mg; 40mg/tablet.
Indikasi : tukak usus 12 jari aktif, hipersekresi patologis seperti sindroma zollinger Ellison, dan adenoma endokrin berganda
3. Biothicol
Tiamfenikol 250mg/kapsul, 125mg/5ml sirop kering.
Indikasi : tifus, paratifus, salmonella, H. influenza, riketsia, klamidia dari golongan psitakosis- limfogranuloma, bakteri gram negative menyebabkan bakterimia, meningitis,dan infeksi berat lainnya
Kontra indikasi : hipersensitivitas, gangguan faal hati
Efek samping : diskrasia darah, gangguan gastrointestinal, grey sindrom pada bayi premature dan baru lahir
4. Sy. Curliv
Indikasi : mengatasi gangguan yang berhubungan dengan hati serta mmbantu memulihkan dan melindungi kerja hati.
5. Braxidin
Indikasi : pengobatan manifestasi gejala otonom dan somatic yang disebabkan rasa cemas. Pengobatan gejala tukak lambung dan usus 12 jari, hipersekresi dan hipermotilitas saluran pencernaan, nervous dyspepsia, iritasi dan spastic kolon, diskenesia empedu, kejang ureter dan diskenesia ureter, irritable bowel syndrome, colitis, diare, dismenore
Kontra Indikasi : glaucoma dan hipertrofi prostate
Perhatian : tidak boleh diberikan pada kehamilan trimester pertama, hati-hati pada penderita gangguan hati
6. Suldox

7. Primaquin
8. Maltron
9. Esilgam
10. Cefotaxim
11. Amoxan

Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Hematologi: Anemia

Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Hematologi: Anemia.
A.Konsep Dasar Medis
1. Pengertian
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal.
Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan patotisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan informasi laboratorium.
2. Anatomi dan Fisiologi

Gambar komponen darah

Darah adalah cairan di dalam pembuluh darah yang mempunyai fungsi sangat penting dalam tubuh yaitu transportasi. Darah mempunyai dua komponen yaitu komponen padat dan komponen cair. Fungsi transportasi darah adalah membawa dan mengantarkan nutrisi dan oksigen dari usus dan paru-paru kepada sel diseluruh tubuh dan mengangkut sisa-sisa metabolisme ke ogan-organ pembuangan. Darah juga membawa dan menghantar hormon-hormon dari kelenjar endokrin ke organ sasarannya. Ia mengangkut enzim, zat buffer, elektrolit, dan berbagai zat kimia untuk didistribusikan ke seluruh tubuh.
Peran penting dilakukan juga oleh sel darah, yaitu pengaturan suhu tubuh karena dengan cara konduksi ia membawa panas tubuh dari pusat-pusat produksi panas untuk didistribusikan ke seluruh tubuh dan ke permukaan tubuh yang pada akhirnya diatur pelepasannya dalam upaya homeostatis suhu (termoregulasi). Jumlah darah manusia bervariasi tergantung berat badan seseorang. Rata-rata jumlah darah adalah 70cc/kgBB. Bagian padat darah terdiri dari eritrosit, leukosit dan trombosit. Bagian padat darah merupakan 45% dari seluruh volume darah, 55% adalah plasma yang merupakan komponen cair darah.
a. Sel darah merah atau eritrosit
Bentuknya bulat pipih dengan cekungan di tengahnya. Sel darah merah normal tidak mempunyai inti sel, diameternya 7 mikron yang bersifat kenyal sehingga bisa berubah bentuk menyesuaikan pembuluh darah yabg dilaluinya.
Sel darah merah dibuat di dalam sumsum tulang. Rata-rata umur hidup sel darah merah sekitar 105-120 hari. Kemudian sel menjadi usang dan dihancurkan dalam system retikuloendoteal. Terutama di limfa dan hati. Globin dan globulin diubah menjadi asam amino untuk digunakan sebagai protein dalam jaringan dan zat besi dalam hem dari hemoglobin diubah menjadi glirubin dan bili verdin yang berwarna kehijau-hijauan. Jumlah hemoglobin pada laki-laki 14-16% dan pada wanita 12-14%.
b. Sel darah putih atau leukosit
Fungsi utama sel darah putih adalah sebagai pertahanan tubuh dengan cara menghancurkan antigen (kuman, virus, toksin) yang masuk. Ada 5 jenis leukosit :
1) Neutrofil (65%-75%)
2) Eosinofil (2%-5%)
3) Basofil (0,5%-1%)
4) Limfosit (20%-25%)
5) Monosit (3%-8%)
Leukosit berwarna kuning dan bentuknya lebih besar dari sel darah merah, tetapi jumlahnya lebih kecil.
Leukosit sebagai bala tentara pertahanan dikerahkan ke tempat-tempat terjadi infeksi dan jumlahnya pu dapat dilipatgandakan dalam keadaan infeksi. Leukosit bersama-sama dengan system makrofag jaringan yaitu hepar,limfa, sumsum tulang, alveoli paru serta kelenjar getah melakukan fagositosis terhadap kuman atau virus yang masuk. Jumlah leukosit adalah 5000-9000/mm3 darah. Bila jumlah leukosit berkurang disebut leukopenia. Sedangkan bila tubuh tidak membuat leukosit sama sekali disebut Agranulositosis.
c. Trombosit atau keping-keping darah
Trombosit berbentuk keeping-keping yang merupakan bagian-bagian kecil dari sel yang besar yang membuatnya yaitu megakaryosit. Trombosit dibuat di sumsum tulang, paru-paru dan limfa. Ukurannya kecil sekitar 2-4 mikron. Umur peredarannya hanya berkisar 10 hari.
Trombosit mempunyai kemampuan untuk melakukan :
1) Daya aglutinasi (membeku atau menggumpal)
2) Daya adesi (saling melekat)
3) Daya agregasi (berkelompok)
4) Jumlah trombosit di dalam tubuh antara 150.000-350.000 keping/mm3 darah.
Fungsi trombosit yaitu :
a. Hemostasis (penghentian aliran darah/ perdarahan)
b. Pembekuan darah
Bila ada kerusakan pembuluh darah, trombosit akan berkumpul di daerah tersebut dan menutup lubang bocoran dengan cara saling melekat, berkelompok dan menggumpalyang kemudian dilanjutkan dengan proses pembekuan darah.
Trombosit mempunyai dua zat, prostaglandin dan tromboxan yang akan keluar bila ada kerusakan pembuluh darah. Zat ini juga dapat menimbulkan efek vasokontriksi sehingga aliran darah berkuang dan membantu proses pembekuan darah.
d. Plasma
Plasma terdiri dari 91-92% air yang berperan sebagai medium transfor dan 7-9% terdiri dari zat padat (protein seperti albumin, globulin, fibrinogen, juga ada unsure natrium, kalium, kalsium, fosfor, bese, asam amino, kolesterol, glukosa, dan enzim). Albumin yang dibentuk di hati merupakan 53% dari seluruh protein serum, berperan dalam mempertahankan volume darah dengan menjaga tekanan osmotic koloid,pH dan keseimbangan elektrolit.
3. Klasifikasi
Anemia dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara. Pendekatan fisiologis akan menuntun apakah defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh efek produksi sel darah merah atau (anemia hipoproliferatifa ) atau oleh dekstruksi sel darah merah (anemia hemolitika).
Anemia hipoproliferatif
A. Anemia aplastik
Anemia aplastik disebabkan oleh penurunan precursor dalam sumsum tulang dan penggantian sumsu tulang dengan lemak. Dapat terjadi secara congenital maupun didapat. Dapat juga idiopatik ( dalam hal ini, tanpa penyebab yang jelas ), dan merupakan penyebab utama. Berbagai macam infeksi dan kehamilan dapat mencetuskannya, atau dapat pula disebabkan oleh obat. Bahan kimia, atau kerusakan radiasi. Bahan yang sering menyebabkan aplasia sumsum tulang meliputi benzene dan turunan benzene ( misalnya perekat pesawat terbang ), obat anti tumor seperti nitrogen mustard, anti metabolic termasuk meotrexate dan 6-merkaptopurin, dan berbagai bahan toksit seperti arsen anorganik.
Dalam berbagai keadaan, anemia aplastik terjadi saat obat atau bahan kimia masuk dalam jumlah toksit. Namun, pada beberapa orang dapat timbul pada dosis yang dianjurkan untuk pengobatan. Kasus terakhir dapat dianggap sebagai reaksi obat idiosinkrasia pada orang yang sangat peka dengan alasan yang tidak jelas. Apabila pejanannya segera dihentikan dapat diharapkan penyembuhan yang segera dan sempurna.
Karena terjadi penurunan jumlah sel dalam sumsum tulang, asprirasi sumsum tulang sering hanya menghasilkan beberapa tetes darah. Maka perlu dilakukan biopsy untuk menentukan beratnya penurunan element sumsum normal dan penggantian oleh lemak. Abnormalitas mungkin terjadi pada sel stem, perkursor granulosit, eritrosit, dan trombosit. Akibatnya, terjadi pansitopenia ( defisiensi semua komponen element darah)
Awitan anemia aplastik biasanya khas yaitu bertahap, ditandai oleh kelemahan, pucat, sesak nafas pada saat latihan, dan manifestasi anemia lainnya. Perdarahan abnormal akibat trombositopenia merupakan gejala satu – satunya pada sepertiga pasien. Apabila granulosit juga terlibat, pasien biasanya mengalami demam, faringitis akut, atau berbagai bentuk lain sepsis dan perdarahan. Tanda fisik selain pucat dan perdarahan kulit, biasanya tidak jelas. Pemeriksaan hitung darah menunjukan adanya defisiensi berbagai jenis sel darah. Ada 2 metode penanganan yang saat ini sering dilakukan yaitu : transplantasi sumsum tulang dan pemberian terapi imuno supresif dengan globulin anti timosit ( ATG )
B. Anemia pada penyakit ginjal
Derajat anemia yang terjadi pada pasien dengan penyakit ginjal tahap akhir sangat berfariasi, tetapi secara umum terjadi pada pasien dengan nitrogen urea darah yang lebih dari 10mg/dl. Hematokrit biasanya menurun sampai antara 20 % dan 30%, meskipun pada beberapa kasus jarang mencapai dibawah 15%.
Anemia ini disebabkan oleh menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun defisiensi eritropoetin. Beberapa eritropoetin terbukti diproduksi diluar ginjal, karena terdapat eritropoesis yang masih terus berlangsung, bahkan pada pasien yang ginjalnya telah diangkat
C. Anemia pada penyakit kronis
Berbagai penyait inflamasi kronis berhubungan dengan anemia jenis normositik normokromik ( sel darah merah dengan ukuran dan warna yang abnormal ). Kelainan ini meliputi arthritis rematoid, abses paru, osteomielitis, tuberculosis, dan berbagai keganasan.
Anemia biasanya ringan, berkembang secara bertahap selama 6- 8 minggu dan normal kembali pada kadar hematokrit kurang dari 25%. Hemoglobin jarang turun sampai dibawah 9 g/dl dan sumsum tulang mempunyai peningkatan selularitas normal dengan peningkatan cadangan besi.
Pasien tidak menimbulkan gejala dan tidak memerlukan penanganan untuk anemia nya. Dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya besi sumsum tulang digunakan untuk membuat darah, sehingga hemoglobin meningkat
D. Anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi besi adalah keadaan dimana keadaan kandungan besi tubuh total turun dibawah tingkat normal. Penyebab tersering defisiensi besi pada pria dan wanita pasca menopouese adalah perdarahan atau malabsorpsi, terutama setelah reseksi gaster. Pada wanita premenopouse adalah menoragia atau pendarahan menstruasi berlebih. Pasien dengan alkoholisme kronis sering mengalami ketidak cukupan asupan besi dan kehilangan besi akibat kehilangan darah dari traktus gastrointestinal dan menimbulkan anemia.
Orang yang mengalami defisiensi besi mengalami penurunan angka hemoglobin dan sel darah merah. Nilai hemoglobin berkurang dibanding hitung sel darah merah, oleh sebab itu sel darah merah cendrung lebih kecil dan relative kurang pigment nya, artinya hipokromik. Hipokromia merupakan penanda defisiensi besi. Penyebab defisiensi besi adalah kegagalan pasien mencernakan atau mengabsorpsi besi diet yang adekuat untuk mengkompensasi kebutuhan besi sehubungan dengan pertumbuhan tubuh atau untuk menggantikan kehilangan darah setelah pendarahan, baik pendarahan yang fisiologis, maupun patologis.
E. Anemia megaloblastik
Disebabkan oleh defisiensi B12 dan asam folat menunjukan perubahan yang sama antara sumsum tulang dan darah tetapi kedua vitamin tersebut esensial bagi sintesis DNA normal. Pada setiap kasus, terjadi hyperplasia sumsum tulang, dan precursor eritroid dan myeloid besar dan aneh; beberapa mengalami multi nukleasi. Tetapi, beberapa sel ini mati dalam sumsum tulang, sehingga jumlah sel matang yang menimbulkan sumsum tulang menjadi sedikit, terjadilah pansitopenia. Pada keadaan lanjut, hb dapat turun 4-5g/dl, hitung se darah putih 2000-3000 per mm3, dan hitungan trombosit kurang dari 50000 mm3 .sel darah merah besar dan PMN hipersegmen.
F. Defisiensi vitamin B12
Dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Gangguan ini jarang sebagai akibat asupan diet yang tidak addekuat, namun dapat terjadi pada vegetarian yang tidak makan daging sama sekali. Gangguan absorpsi traktus GI lebih sering terjadi.
G. Defisiensi asam folat
Merupakan vitamin lain yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah yang normal. Simpanan folat dalam tubuh jauh leih kecil dibandingkan vitamin B12.sehinga lebih sering di jumpai defisiensi folat dalam diet. Alcohol meningkatkan kebutuhan akan asam folat, dan pada saaat yang sama, orang yang menderita alkoholisme biasanya makan makanan yang kurang mengandung vitamin. Kebutuhan asam folat juga meningkat pada orang yang menderita anemia hemolitik dan pada wanita hamil.

Anemia hemolitika
Pada anemia ini eritrosit memiliki rentang usia yang memendek. Sumsum tulang biasanya mampu mengkompensasi sebagian dengan memproduksi sel darah merah baru tiga kali atau lebih dibanding kecepatan normal. Konsekuensinya semua anemia jenis ini mempunyai gambaran laboratories yang sama : 1. Jumlah retikulosit meningkat, 2. Fraksi bilirubin indirek meningkat dan 3. Haptoglobin biasanya rendah . sumsum tulang menjadi hiperseluler akibat proliferasi eritrosit.
4. Etiologi
Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya merupakan akibat dari beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat, dan sebagainya.
Penyebab umum dari anemia:
a. Perdarahan hebat
b. Kecelakaan
c. Pembedahan
d. Persalinan
e. Pecah pembuluh darah
f. Penyakit Kronik (menahun)
g. Perdarahan hidung
h. Wasir (hemoroid)
i. Tumor ginjal atau kandung kemih
j. Perdarahan menstruasi yang sangat banyak
k. Berkurangnya pembentukan sel darah merah
l. Kekurangan zat besi
m. Kekurangan vitamin B12
n. Kekurangan asam folat
o. Kekurangan vitamin C
p. Penyakit kronik
q. Meningkatnya penghancuran sel darah merah
r. Pembesaran limpa
s. Kerusakan mekanik pada sel darah merah
t. Penyakit sel sabit
5. Patofisologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki.
6. Tanda dan Gejala
Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng), pica, serta perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata bawah).
Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung.

7. Pemeriksaan Diasnotik
Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.
Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik).
Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis).
Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat mengindikasikan tipe khusus anemia).
LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi.
Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.
Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik).
Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik)
Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).
Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi masukan/absorpsi
Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
TBC serum : meningkat (DB)
Feritin serum : meningkat (DB)
Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
LDH serum : menurun (DB)
Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB).
Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam hidroklorik bebas (AP).
Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik).
Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI

8. Penatalaksanaan Medis
Tindakan umum :
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang.
1. Transpalasi sel darah merah.
2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :
1. Anemia defisiensi besi
Penatalaksanaan :
Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur.
Pemberian preparat fe
Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan
Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.
2. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12
3. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral
4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan dan transfusi darah.
9. Komplikasi
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak (Sjaifoellah, 1998).
B. Konsep Dasar Keperawata
1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluru
Pengkajian pasien dengan anemia meliputi :
1) Aktivitas / istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.
2) Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP).
3) Integritas ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakan transfusi darah.
Tanda : depresi.
4) Eleminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.
5) Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).
6) Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
8) Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
9) Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik).
10) Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan anemia meliputi
1) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
2) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan)).
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
4) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
5) Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi.

3. Intervensi/Implementasi keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.
Intervensi dan implementasi keperawatan pasien dengan anemia adalah :
1) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
Tujuan : dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
Kriteria hasil : melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari)
menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi, pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang normal.

INTERVENSI & IMPLEMENTASI
a. Kaji kemampuan ADL pasien.
Rasional : mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.
b. Kaji kehilangan atau gangguankeseimbangan, gaya jalan dan kelemahan otot.
Rasional : menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi vitamin B12 mempengaruhi keamanan pasien/risiko cedera.
c. Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas.
Rasional : manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
d. Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising, pertahankan tirah baring bila di indikasikan.
Rasional : meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru.
e. Gunakan teknik menghemat energi, anjurkan pasien istirahat bila terjadi kelelahan dan kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas semampunya (tanpa memaksakan diri).
Rasional : meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan memperbaiki tonus otot/stamina tanpa kelemahan. Meingkatkan harga diri dan rasa terkontrol.

2) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan)).
Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil : mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi.
meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau eritema, dan demam.

INTERVENSI & IMPLEMENTASI
a. Tingkatkan cuci tangan yang baik ; oleh pemberi perawatan dan pasien.
Rasional : mencegah kontaminasi silang/kolonisasi bacterial. Catatan : pasien dengan anemia berat/aplastik dapat berisiko akibat flora normal kulit.
b. Berikan perawatan kulit, perianal dan oral dengan cermat.
Rasional : menurunkan risiko kerusakan kulit/jaringan dan infeksi.
c. Pantau/batasi pengunjung. Berikan isolasi bila memungkinkan.
Rasional : membatasi pemajanan pada bakteri/infeksi. Perlindungan isolasi
dibutuhkan pada anemia aplastik, bila respons imun sangat terganggu.
d. Pantau suhu tubuh. Catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demam.
Rasional : adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi/pengobatan.
e. Berikan antiseptic topical ; antibioticsistemik (kolaborasi).
Rasional : mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau untuk pengobatan proses infeksi local.

3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang
diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil : menunujukkan peningkatan/mempertahankan berat badan dengan nilai laboratorium normal.
tidak mengalami tanda mal nutrisi.
Menununjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang sesuai.

INTERVENSI & IMPLEMENTASI
a. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai.
Rasional : mengidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi.
b. Observasi dan catat masukkan makanan pasien.
Rasional : mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
c. Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi
d. nutrisi. Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan diantara waktu makan.
Rasional : menurunkan kelemahan, meningkatkan pemasukkan dan mencegah distensi gaster.
e. Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan dan gejala lain yang berhubungan.
Rasional : gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.
f. Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik ; sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut yang di encerkan bila mukosa oral luka.
Rasional : meningkatkan nafsu makan dan pemasukkan oral. Menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.
g. Kolaborasi pada ahli gizi untuk rencana diet.
Rasional : membantu dalam rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual.
Kolaborasi ; berikan obat sesuai indikasi.
Rasional : kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan atau adanyan masukkan oral yang buruk dan defisiensi yang diidentifikasi.

4) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
Tujuan : peningkatan perfusi jaringan
Kriteria hasil : - menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil.

INTERVENSI & IMPLEMENTASI
a. Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku.
Rasional : memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menetukan kebutuhan intervensi.

b. Tinggikan kepala tempat tidur sesuaitoleransi.
Rasional : meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk
c. kebutuhan seluler. Catatan : kontraindikasi bila ada hipotensi. Awasi upaya pernapasan ; auskultasi bunyi napas perhatikan bunyi adventisius.
Rasional : dispnea, gemericik menununjukkan gangguan jantung karena regangan jantung lama/peningkatan kompensasi curah jantung.
d. Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi.
Rasional : iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/ potensial risiko infark.
e. Kolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan laboraturium. Berikan sel darah merah lengkap/packed produk darah sesuai indikasi.
Rasional : mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan /respons terhadap terapi.
Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
Rasional : memaksimalkan transport oksigen ke jaringan.

5) Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan : pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana pengobatan.
Kriteria hasil : pasien menyatakan pemahamannya proses penyakit dan penatalaksanaan penyakit.
mengidentifikasi factor penyebab.
Melakukan tiindakan yang perlu/perubahan pola hidup.

INTERVENSI & IMPLEMENTASI
a. Berikan informasi tentang anemia spesifik. Diskusikan kenyataan bahwa terapi tergantung pada tipe dan beratnya anemia.
Rasional : memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat pilihan yang tepat. Menurunkan ansietas dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program terapi.
b. Tinjau tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostic.
Rasional : ansietas/ketakutan tentang ketidaktahuan meningkatkan stress, selanjutnya meningkatkan beban jantung. Pengetahuan menurunkan ansietas.
c. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
Rasional : megetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
d. Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.
Rasional : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.
e. Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya.
Rasional : diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan.
f. Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan.
Rasional : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.

4. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.
Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah :
1). pasien dapat mempertahankan / meningkatkan ambulasi/aktivitas.
2). infeksi tidak terjadi.
3). kebutuhan nutrisi terpenuhi.
4). Peningkatan perfusi jaringan.
5). Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana pengobatan.



DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien. EGC : Jakarta
Smeltzer Suzannec, Brenda Bare G.2002.Buku Ajar Keperwatan Medikal Bedah.Penerbit Buku Kedokteran:Jakarta.
http://www.google.co.id/images.hl=id&source=imghp&biw=1366&bih=521&q=anatomi.